Ke Pasar yuk…?

Ngapain?

Yah, ikut aja deh ntar kamu juga demen, liat aja ntar siapa yang gak mau pulang…

Itu kira kira percakapan yang terjadi sebelum aku mengatakan ”ya” atas ajakannya ke pasar ini pertama kali diajak kesana. Emang pasar apaan sih kok sampai temen ngajakin ke sana? Biasanya kalau aku mengantar mama ke pasar paling cuma nunggu di luar, tapi ajakan teman rupanya sangat sayang untuk ditolak. Pastinya ada yang menarik… hmmm Yuk kita melongok pasar yang satu ini.

Sinpasa adalah nama pasar ini, berada di kawasan Gading Serpong bersebelahan dengan mall nya. Secara keseluruhan pasar ini cukup rapi dan bersih, ciri khas dari pasar modern. Pengelompokan jenis barang dagangannya juga jelas. Penjual nyaman, pembeli pun demikian. Terlihat sekali keseriusan pengelola untuk tetap membuat pasar ini sebagai sarana jual beli yang nyaman.

Dulu pertama kali diajak ke sini aku masih belum yakin akan minta untuk datang lagi, tetapi sekarang justru aku yang suka ngajak teman untuk datang ke sini. Bukan karena aku mau berbelanja, tapi karena di sana terdapat makanan yang uenakkkk polll ditambah dengan pedagang di pasar ini sangat ramah sekali. Untuk makanan aku akan coba ulas secara terpisah ya…

Seperti biasa dalam pertemuan dengan komunitas baru, aku mencoba untuk menjajaki sampai sejauh mana aku bisa akrab dengan mereka. Dan obrolan – obrolan ringan pun mulai aku lancarkan, mulai dari nanya harga petai… (duh pengin nya sih beli petai…) sampai dengan menanyakan berapa sewa lapak disini per bulannya. Dari keterangan yang berhasil aku kumpulkan, iuran per bulannya adalah Rp. 350.000,- dan tidak boleh terlambat barang sehari pun, kalau telat ya denda akibatnya, walaupun Cuma terlambat 1 hari.

Adalah ibu Umi namanya. Aku mendatangi lapaknya karena petai yang bergelantungan diatas hihihi. Dan ternyata ibu yang satu ini ramah sekali, enak diajak ngobrol. Dan lagi ternyata ibu ini beberapa kali di wawancarai oleh media baik media cetak maupun elektronik, jadi singkat kata ibu Umi seperti selebriti di kalangan pedagang disana.

Dan aku mulai megutarakan niatku untuk mengambil gambar dari sayuran sampai dengan pedagangnya. Aku pun diajak bercanda, mengikuti alur mereka. Tanpa sungkan lagi aku pun menyebut salah satu pedagang disana dengan panggilan ’cumi’ entah mengapa dia di juluki ’cumi’ tapi bagiku dengan menyebut ’cumi’ aku menjadi bagian dari mereka, dan dugaanku benar, aku berhasil. Tak ayal beberapa pedagang menawarkan dagangannya untuk di foto dan mereka pun merapikan barang dagangannya.

Gambar diatas adalah pak ’cumi’ disebelah kiri yang memegang sayuran dan disebelahnya mas Wisnu yang memegang tempe berbungkus daun pisang sebagai barang dagangannya. Di lapak mas Wisnu tersedia tahu putih yang dibungkus kain, tahu kuning, tempe dan juga tauge. Di sebelah lapak mas Wisnu tersedia dagangan aneka sayur mini alias baby-baby an, seperti baby kangkung dll.

Lain mas Wisnu lain pula pak Soleh, lapak pak Soleh berada disamping ibu Umi, sama -sama menjual sayuran. Bapak yang satu ini menata barang dagangannya dengan rapi, bahkan tak jarang dia memotong sayuran yang sobek agar semua yang dipajang nampak indah dan menarik minat pembeli. Pantesan banyak juga pengunjung yang datang ke lapaknya.

Setelah sekian lama berada di sini hp ku berdering, dari teman yang mengajak aku kesini mengirimkan pesan singkat melalui sms yang berbunyi : benar kan, kamu betah disini? O.. o karena keasyikan ngobrol dengan pedagang sayur disana aku sampai lupa kalau teman sudah menunggu terlalu lama di mobil. Dia kepasar ini cuma satu tujuannya yaitu makan di salah satu warung yang ada di sana sementara aku sambil makan jepret sana jepret sini hihihi sampai lupa waktu.

Ucapan terima kasih untuk bapak – ibu pedagang di pasar Sinpasa, bukan hanya mengijinkan aku untuk memotret tetapi juga menata ulang barang dagangannya agar rapi semata – mata untuk aku abadikan dengan kamera. Jujur, aku senang bisa berkenalan dengan bapak – ibu sekalian. Kalau aku kesana lagi, boleh motret lagi ya…

Regards, Plux