Beragam jenis masakan yang menggunakan daun pisang sebagai bungkusnya, sebut saja misalnya bothok – bothok an, pepes – pepesan, garang asem dan masih banyak lainnya yang kalau dijabarkan lebih detil lagi menjadi bothok tempe teri, bothok tahu, bunthil, pepes teri, garang asem ayam dan lain sebagainya.

Beberapa hari lalu aku mendapat tawaran dari seorang teman untuk menikmati hidangan ini, waks… Garang Asem, kenapa tidak? Hidangan ini sudah cukup lama tidak aku santap. Namun sayang saat kami sampai sana, garang asemnya hanya terdiri dari ayam dan ati ampela tanpa telur muda.

Nah karena penasaran dengan telor mudanya hari ini aku pun kembali lagi kesana. Kalau dulu kita berdua saja kali ini aku dengan beberapa teman menyerbu rumah makan khas makanan Jawa Tengah yang bernama kafe Star ini.

Singkat cerita seperti dalam sihir Harry Poter sederet makanan mulai bermunculan. Hmmm melirik hidangan tetangga membuat nafsuku pun bergelora. Dan kembali larangan menyantap pun berlaku disini, ya dilarang menyantap sebelum di jepret.

 

Kali ini garang asemnya komplit seperti yang aku mau, jujur kalau soal makan aku agak rewel kalau tidak sesuai dengan yang dibayangkan. Nah kali ini dapet deh telor mudanya. Hmmmmmmm sejumput demi sejumput mulailah isi dari ’bunthelan daun’ tersebut berpindah ke piring nasi ku.

Seperti biasa sendok dan garpu sudah hafal dengan benar melakukan tugasnya, lha gimana gak hapal, sekian puluh tahun caranya begitu terus kan? Hehehe.

Mata pun mulai mengidentifikasi apa saja yang tadinya tersembunyi dibalik daun pisang tersebut. Ternyata rasa masamnya (walaupun tidak terlalu masam) berasal dari blimbing wuluh yang di potong potong kemudian ditemani oleh daun salam yang membuatnya menjadi lebih sedap juga yang pasti tak ketinggalan adalah cabe. Oh hampir lupa, seruas Laos ikut meramaikan suasana.

Masakan berbungkus daun pisang yang lainnya segera ku buka, pepes sayur dengan bandeng dan aha… beberapa butir petai turut serta menghiasi pepesan ini. Hmmmm yummy. didalamnya ada potongan daun sereh. Untuk bumbunya ’mboh ra weruh’ pokok nya enak.

Trus melirik punya teman hmmm tak kalah menarik dan yang pasti enak juga, aku cicip sana cicip sini. Dia pesan nasi bandeng. Tampilannya seperti mengingatkan aku dengan pikulan karena lauknya di taruh berseberangan satu sama lain. Hihihi lucu juga ya.

Rasa bandengnya juga empuk apalagi dipadu dengan sambal yang khas, warna sambalnya merah maron, hmmm

Masih ada satu lagi menu yang dipesan teman, ya pastinya sudah banyak yang tahu nama menu ini, namanya nasi Langi. Terus terang yang menarik adalah telor dadar yang diiris tipis tipis. Ditambah dengan sambalnya yang menggoda selera

Sebenarnya ada lagi satu masakan yang tak kalah menarik untuk dicoba. Menu ini aku santap pada kunjungan sebelumnya. Namanya adalah tahu telor. Rasa tahunya lembut dan ramah dilidah. Masakan ini berbumbu kacang dan petis dan tentu saja sambal.

Nah akhirnya santapan penutup adalah aku lupa namanya, pokoknya dari lengkeng yang sudah di olah dengan semacam agar – agar yang diserut. Kalau di restoran Lombok Ijo dulu es mangganya berasa asem manis hmmm masih kebayang sampai sekarang, di kafe Star ini rasa Lengkeng nya manis dan yang pasti hmmmm

Eit… sampai lupa, ini kerupuk gendarnya ketinggalan, hampir aja ….

Untuk mencapai kafe Star ini cukup mudah, berada di Jalan Panjang (Arteri Kedoya). Sayang aku lupa berapa nomornya, yang pasti di seberang sebuah perumahan yang baru dibangun namanya Residence 28. Pada kunjungan pertama aku juga bingung nomornya tapi dengan petunjuk itu sampai juga akhirnya.

Dan hmmmm nikmatnya berasa dobel, bagaimana tidak, makanan lezat didapat tanpa mengeluarkan uang sepeser pun alias di traktir teman hihihi.

Sampai jumpa pada petualangan lidah berikutnya.

 

Regards,

Plux