Sewaktu menunggu diairport aku sempat mampir di Sky Emerald Lounge yang berlokasi di terminal 2E bandara Sukarno Hatta. Tak disangka hari itu hidangan yang disajikan banyak makanan tradisionalnya antara lain nasi bakar, nasi kuning, ketan, kue lapis, sosis Solo dan lainnya.

Setelah melirik kesana kemari, aku mengambil salah satu sudut di dalam ruang merokok untuk dijadikan studio dadakan. Pas bener, pinggir kaca. Dan mulailah aksi jprat jepret dimulai. Dengan cueknya aku menarik kerai yang menutupi cahaya masuk, sretttt…. jadilah studio dadakan. Dan nasi bakar pun menjadi obyek pertama bidikan ku.

Berbentuk seperti lemper dengan ukuran lebih besar dan sama sama dibungkus daun pisang. Pertama kali melihatnya aku pikir itu adalah lemper bakar ternyata bukan. Bedanya adalah kalau lemper terbuat dari ketan berisi daging ayam cincang sedangkan nasi bakar ini terbuat dari beras yang berisikan ikan teri nasi plus daun kemangi.

Sedangkan teri nasi nya sendiri sudah asin menjadikan perpaduan antara gurih dan asin menjadi hmmmmm lezat… Ditambah dengan daun kemangi memberikan aroma yang khas. Dan dari proses pembakaran berdampak pada aroma ’sangit’ yang justru membangkitkan selera. Perlahan tapi pasti nasi bakar ini hanya tinggal daun nya saja alias habis tak bersisa.

Sewaktu aku kembali ke tempat makanan disajikan, nasi kuning yang tadi tertata dengan manis ditempatnya telah digantikan dengan menu lain. Dari informasi yang aku peroleh ternyata nasi tersebut sudah berada disitu sejak pagi, jadi harus diganti dengan menu lain. Dari pada kembali ke studio dadakan dengan tangan hampa, jadilah ketan srundeng yang menjadi sasaran berikutnya.

Seperti ketan pada umumnya, kenyal dan ditaburi dengan srundeng yang terbuat dari kelapa di parut. Rasanya juga enak. Walaupun tak senikmat nasi bakar, ketan ini juga cukup untuk menahan lapar. Daripada nunggu sekian jam dengan perut keroncongan ya seperti pepatah mengatakan tiada rotan ketan pun jadi.

Kedua jenis makanan tersebut bisa di jadikan pilihan untuk makanan ringan, selain praktis yang jelas tanpa sendok pun bisa dinikmati asalkan dibentuk sedemikian rupa pada saat pembuatannya, sehingga memudahkan untuk digigit atau dengan istilah lain ’gigitan friendly’.