Setelah berkutat dengan bakso kita merambah ke menu minuman yang tak kalah populernya di Jawa, terutama Jawa Tengah dan Timur. Minuman tradisional ini bernama dawet atau biasa disebut juga dengan istilah cendol. Dahulu minuman ini biasanya tidaklah susah ditemukan di pasar – pasar tradisional di Jawa, entahlah di jaman sekarang. Sewaktu aku masih kecil dulu, dawet masuk dalam daftar menu santapan selain bubur sumsum tentunya. Tak heran ketika pulang sekolah di meja makan tersaji hidangan ini.

Sewaktu kunjungan ke Jogja tempo hari kita berangkat dari Solo, mampir di salah satu penjual dawet di seberang candi Prambanan namanya “Dawet AA”. Di sepanjang jalan raya ini terdapat beberapa tempat yang menjajakan menu yang sama, dawet.

Teras rumah yang di sulap menjadi tempat jualan dawet ini bisa juga dimanfaatkan oleh pengunjung sebagai tempat nongkrong. Asyik juga menikmati dawet sembari ngobrol, di temani dengan camilan berupa tempe dan tahu goreng yang rasanya uenakkk. Apalagi saat itu hujan sedang mengguyur bumi Prambanan menjadikan kita semakin asyik nongkrong disini.

Dawetnya sendiri berwarna putih bening, bukan hijau seperti dawet pada umumnya. Ditambah dengan santan yang gurih dipadu dengan manisnya gula Jawa menjadikan minuman ini begitu menyegarkan, setidaknya membuat tenggorokan terpuaskan. Bagaimana dengan harganya? Hmm… dijamin harganya sangat bersahabat alias tidak membuat kantong kita kempis.

Dawet AA, Jalan Raya Solo – Yogyakarta, Prambanan

Sampai jumpa di petualangan lidah berikutnya

Regards, Plux