Namanya cukup singkat, Nasi Buk. Ya cuma 3 huruf Buk, tapi rasanya bisa bikin lidah serasa di gebug kenikmatan dan akhirnya membuat ketagihan. Setiap pulang kampung hampir setiap hari aku makan nasi Buk. Penjual nasi Buk di dominasi oleh ibu – ibu dari Madura dan mereka pun buka pada saat Lebaran Idul Fitri dan akan libur beberapa hari pada saat lebaran Haji.

Nasi Buk ini banyak di jumpai di Malang, sebut saja Nasi Buk Matirah yang ada di depan stasiun kota Malang, juga nasi Buk yang ada di gang Semarang dan masih banyak lagi.

Pada saat liburan tempo hari aku mencoba nasi Buk yang ada di seberang Depo Pertamina di seputaran jalan Halmahera, Malang.


Bertempat di halaman rumah orang, si penjual sepertinya tidak ada waktu sama sekali untuk beristirahat barang sejenak. Bagaimana tidak pembelinya silih berganti datang dan pergi. Ada yang datang lengkap dengan bayi yang masih digendong dan juga kakek – nenek pun juga hadir disana. Kendaraan yang parkir pun beragam, mulai dari sepeda pancal sampai dengan kendaraan mewah seperti Alphard, BMW dan Mercy pun parkir didepannya.

Selama beberapa hari berada di Malang, hampir setiap pagi aku sempatkan untuk nongkrong di sini, aku pikir mumpung berada di Malang sekalian aja aku puas – puasin deh makannya daripada ngiler.

Karakter pembeli pun beragam, mulai dari yang ’ngeyel’ minta didahulukan sampai yang sabar menanti. Yang aku suka dari ibu penjualnya adalah melayani dengan prinsip first come first serve, apakah mau makan di tempat atau pun di bawa pulang ya judulnya harus ngantri.

Nasi Buk

Nasi Buk – Dendeng

Yang khas dan selalu ada di nasi Buk adalah dendeng ragi, terbuat dari kelapa dan dendeng daging, juga sayur lodeh nangka muda + tahu gembos serta serundeng kelapa ikut meramaikan isi dari nasi Buk ini. Untuk lauk bisa dipilih telor godog, ayam, empal, babat dan beberapa jenis jeroan lainnya.

Penjual Nasi Buk

Nah, inilah wajah dari si penjual yang bikin pelanggannya rela untuk ngantri dan datang setiap hari tak terkecuali aku pun ikutan ngantri demi makanan yang bikin lidah bergoyang.

Sampai jumpa di petualangan lidah berikutnya

Regards, Plux