Bermula dari ajakan teman untuk ke pasar Sinpasa di kawasan Gading Serpong akhirnya aku ketagihan makan di salah satu tempat makan yang ada di sana. Bukan masakan yang aneh – aneh tapi makanan yang aku gandrungi disana adalah nasi pecel. Ya, nasi pecel disini bisa membuat aku rela menyetir berkilo – kilo meter jauhnya dan menjelajah pasar Sinpasa. Ditambah banyak objek yang bisa dijadikan sasaran kamera, tempat ini menjadi berkesan bagiku.

Bentuk dan rupanya dengan nasi pecel yang lain, yang membedakannya adalah bumbu yang rasanya benar benar bisa bikin lidah berakrobat. Bumbunya berwarna kemerahan, tidak seperti pecel pada ummnya yang bumbunya berwarna agak kecoklatan.

Nama tempat makan ini adalah Pecel Stasiun, entah mengapa bernama stasiun. Mungkin di tempat asalnya di Madiun sana dekat dengan stasiun, mungkin saja. Atau jangan – jangan pemiliknya dulu sewaktu anak – anak suka bermain di stasiun? Hihihi Ah, masa bodoh yang jelas rasa dari pecel Madiun ini berperan mensukseskan petualangan lidahku yang akhir – akhir ini minta dimanjakan.

Dari obrolan dengan pemiliknya, usaha berjualan nasi pecel dimulai dari keisengan sang kakak yang akhirnya membuat ibu penjual nasi pecel ini keterusan. Apalagi dengan banyaknya penggemar nasi pecelnya. Yang jelas alasan teman yang dulu mengajakku kesana karena dia tau aku suka menyantap nasi pecel dan menurut dia aku bakalan ketagihan dan ternyata benar.

Pelanggan nasi pecel Madiun ini beragam mulai dari anak muda sampai dengan kakek – kakek. Dan tingkat kepedasan pun beragam dari tidak pedas sampai dengan yang pedas sekalipun tersedia disini. Untuk mempersingkat waktu pelayanan, penjualnya sudah mengemas bumbu pecel dalam plastik sehingga mudah jika ada pesanan untuk dibawa pulang.

Nasi pecel ini terdiri dari sayuran dan oseng tempe yang dihidangkan bersama krupuk gendar dan tentu saja rempeyek. Jika suka bisa menambah empal dan bakwan. Sayuran nya juga beragam dari daun pepaya sampai dengan kecambah.

Jika anda penggemar nasi pecel Madiun, sudah selayaknya jika nasi pecel ini dicoba. Rasanya? Acara nambah porsi pun sudah lumrah disini. Hmmmm serasa lidah berakrobat naik ke langit ke tujuh.

Sampai jumpa di petualangan lidah berikutnya

Regards, Plux