Nama tempat makan ini Spesial Iga Bakar, terletak di jalan menuju arah balik ke jalan tol di kota Sidoarjo. Kesan pertama pada saat kunjungan kesana adalah bersih dan baru. Meja dan bangku dari kayu berwarna coklat mendominasi ruangan utama, tempat dimana pengunjung menyantap hidangan. Begitu memasuki rumah makan ini disambut dengan ramah oleh pemiliknya. Rupanya tempat makan ini belum resmi buka tetapi pemiliknya tetap mempersilahkan kita berlima masuk.

Tak lama kemudian satu persatu hidangan mulai dihidangkan, iga bakar sambal hijau, iga bakar cobek, sop buntut, asem-asem iga dan tak ketinggalan sop iga. Wuihhhh semua serba iga. Terakhir ayam goreng pun disajikan dengan ditaburi sambal hijau. Semua hidangan tampak sangat menggoda selera. Apalagi iga bakarnya, benar-benar sangat menggoda, asli bikin nafsu makan naik 1000% hahaha.

 

 

Satu persatu aku mulai mencicipi hidangan ini, dimulai dari sop buntut dan sop iga. Dagingnya berasa empuk dan kuahnya berasa segar. Olahan juru masaknya benar – benar menjadikan hidangan ini istimewa. Untuk menikmati hidangan berkuah kita tidak bisa hanya menilai dari dagingnya saja, tapi paduan isi dan kuahnya adalah yang membuat hidangan itu layak di beri label : istimewa. Dan di tempat makan inilah aku merasakan nikmatnya hidangan yang bernama sop buntut.

 

Beralih ke iga bakar, dagingnya empuk dan bumbunya berasa meresap dan menyatu dengan dagingnya. Rasanya luar biasa uenakkkk pol. Jika masakan berasa manis agak aneh tapi iga bakar di tempat makan ini mempunyai tingkat kemanisan yang sangat pas. Seakan kita menikmati sajian iga bakar dari seorang chef yang sudah berpengalaman puluhan tahun. Ditambah dengan sambalnya yang berbeda dengan rumah makan lainnya, hidangan ini benar-benar membuat aku semakin penasaran dengan menu selanjutnya.

Setelah puas melahap iga bakar, lirikan mata berpindah pada asem-asem iga. Potongan cabe serta irisan bawang menyemarakkan kuah yang kelihatan bening. Seperti dugaanku semula, dagingnya berasa empuk dan yang membuat hidangan ini sangat direkomendasikan adalah kuahnya yang berasa segar. Entah bagaimana cara mengolahnya, yang pasti hidangan ini sukses meluncur di perut kita.

Hidangan lain yang sengaja aku santap terakhir adalah ayam goreng cabe hijau. Tanpa banyak kata, aku mengambil separo karena perut sudah agak full. Dan disinilah aku merasa menikmati ayam goreng sesungguhnya. Paduan bumbunya pas banget, apalagi disantap dengan sambal hijau, wuihhh uenakkk pol.

Saat semua masakan dihidangkan, aku sempat berpikir, mana muat perut kita menampung semua hidangan yang ada di atas meja? Ternyata dugaanku salah. Kita berlima menghabiskan semuanya, 3 porsi iga bakar cobek, 2 porsi iga bakar sambal hijau, 1 porsi sop buntut, 1 porsi asam-asam iga plus 1 porsi sop iga. Semuanya ludes hanya meninggalkan mangkok dan cobeknya saja.

Pada saat kita akan membayar, pemilik rumah makan yang masih muda ini tersenyum : “Kita akan buka tanggal 16 Juli, jadi hitung-hitung tadi adalah tester alias tidak usah bayar.” Udah uenakkk, gratis lagi. Wow, how lucky we are.

Dari semua hidangan yang di sajikan, semuanya aku suka. Dan jika di paksa memilih salah satu hidangan, mana yang paling aku suka? Jawabannya : semuanya. Ya semua hidangan di tempat makan ini telah sukses merontokkan niatku untuk mengurangi menyantap daging merah. Dan pertanyaan iseng pun muncul, siapa sih chef-nya? Pemilik dari rumah makan ini dengan tersenyum menjawab pertanyaanku : Saya.

Spesial Iga Bakar, Jl. KH Mukmin No. 31 Sidoarjo. Telp. 031 – 8053800

Sampai jumpa di petualangan lidah berikutnya

Regards, Plux