Masih kelanjutan dari cerita terdahulu, mudah – mudahan tidak bosan ya. Kali ini temanya adalah kopi dan temannya.

Di Bangkok yang namanya kopi sangat gampang sekali di jumpai. Tak hanya di restaurant atau di mal, di sepanjang jalan banyak banget yang jualan kopi. Juga di BTS station banyak sekali, hampir tiap station atau di seputarannya ada yang jual minuman ini.

Mungkin penduduk sana tidak bisa melewatkan minuman yang satu ini. Yah, bagi aku yang memang tak bisa kalau tidak menyeruput kopi di pagi hari, berada di kota ini sangatlah menyenangkan. Betapa tidak, mau kopi tinggal keluar hotel, jalan dikit dan gerobak kopi pun sudah nongkrong dengan anggunnya di sana.

Soal rasa? Tak diragukan lagi, setidaknya bisa memenuhi seleraku, lebih malah hehehe. Kopi yang dicampur susu ini serasa nikmat walaupun diminum di pagi hari. Jadilah dalam sehari bisa minum lebih dari 5 gelas kopi hehehe bahkan tak ketinggalan sebelum tidur pun masih menyempatkan untuk minum kopi.

Berikut ulasan kopi beserta temannya.

Kopi di sepanjang jalan.

Biasanya penjual kopi di jalanan masih menggunakan arang sebagai media untuk menjerang air. Entah karena memang biji kopinya yang pilihan sehingga rasanya nikmat atau efek dari proses memasak air menggunakan arang, yang jelas rasa kopinya memang enak hehehehe

Teman nya kopi yang enak dinikmati di pagi hari adalah ketan manis. Hmmm, tiada kursi, emperan pun jadi kekeke. Aku menyempatkan berhenti di depan sebuah toko yang belum buka untuk menikmati ketan yang dijajakan di sini. sementara orang lalu lalang di depan tak berpengaruh gara – gara sebungkus ketan manis ini, habis enak sih.

Kopi di Perahu

Ketika mengunjungi  Ancient City yang seperti TMII nya Thailand dimana di dalamnya terdapat  pasar terapung, aku pun sempat kekenyangan dengan kopi. Di dalam anjungan ini yang namanya makanan melimpah ruah seakan tak ada habisnya. Mulai dari makan ringan sebagi temannya kopi maupun makanan berat tersedia. Namanya juga jualan diatas perahu, jadi jika pembelinya sudah agak sepi, penjualnya pun berpindah tempat. Tidak semua dagangan disini dijajakan diatas perahu. Tempat makannya dibuat seperti gazebo atau restoran terapung dengan konsep terbuka.

Sebagai teman minum kopi disiang hari, jajanan ringan bisa dijadikan pilihan. Kali ini aku menikmati kopi dengan sebungkus kacang tanah rebus. Rasa kacangnya agak masir dan besar – besar isinya. Dilain kesempatan aku sempat mengunjungi Lam Phaya, disana juga ada pasar terapung Cuma tak sebesar Damnoen Saduak. Di sana fish cake menjadi temannya kopi yang dinikmati selagi masih hangat. Hmmmm

Kopi di seputaran Soi.

Kebiasaan jalan ‘mlusuk-mblusuk’ alias jalan menyusuri gang terbawa juga disini. Godaan makanan nikmat tak bisa ditolak. Alhasil tempat nostalgia aku datangi juga. Berada di belakang Novotel Siam Square dan di belakang 7 Eleven, aneka makanan dan minuman dijajakan disini. Berbeda dengan soi soi yang lain, disini tempatnya cukup nyaman dengan meja dan bangku yang berjejer rapi dan bersih. Di tempat ini ada petugas khusus yang membersihkan sisa makanan maupun mengambil piring kotor.

Khusus di tempat ini setiap hari Senin tutup alias tidak jualan. Rasa kopinya? Nikmat…. Sementara teman kopi disini banyak juga, bisa makanan ringan sampai setengah berat dan berat ada disini. Rata – rata di sepanjang soi (gang kecil) di Bangkok terdapat penjual makanan dan tentu saja terdapat gerobak kopi. Cuma yang menurut aku paling rapi yang aku singgahi adalah tempat ini (mungkin di tempat lain banyak juga).

Kopi di BTS Station

Berbeda dengan penjaja kopi di jalanan, di BTS station penataannya lebih rapi. Ada yang jualan makanan ringan lainnya selain kopi ada juga yang khusus jualan kopi.  Yang jelas, tidaklah susah untuk mencari kopi disini.

Sebenarnya masih beberapa tempat lagi yang menyajikan kopi cukup nikmat seperti di mal ataupun bandara seperti Black Canyon. Sayang sekali tertera tulisan dilarang memotret hiks jadilah kamera tersimpan rapi di dalam tas. Dan dalam perjalanan pulang segelas kopi kembali menjadi minuman penutup sebelum aku memasuki ruang tunggu keberangkatan.

Sampai jumpa di petualangan lidah selanjutnya.

Regards, Plux