Berderet rumah makan siap memanjakan rasa lapar setiap orang yang mengunjungi pusat jajan di bilangan Surabaya Barat ini. G Walk nama kawasan di perumahan Ciputra yang tergolong ramai di datangi pengunjung. Pada saat jam malam hari kawasan ini cukup padat pengunjung yang hendak memanjakan lidah. Pendek kata, semua makanan ada di sini, dari rujak, soto, seafood sampai dengan Chinese food bertebaran di sepanjang jalan yang memang di jadikan tempat wisata kuliner.

Diantara deretan rumah makan yang ada, terdapat satu Pujasera yang berbeda dengan lainnya. Sebut saja gerobak soto, bakwan campur dan rujak berkumpul jadi satu di tempat ini. Tak ketinggalan pula dengan semanggi yang lebih terkenal dengan sebutan semanggi Suroboyo.

 

Yang menarik perhatianku adalah satu meja kecil dengan tulisan “Semanggi Dempo” yang berada di tempat makan ini. Makanan yang satu ini cukup unik, selama ini aku hanya menjumpai di kota Pahlawan. Terakhir menyantap hidangan ini sudah bertahun – tahun yang lalu, sekitar 15 tahun yang lalu. Rasa yang unik menjadikan aku ingin kembali menikmati masakan ini, makanya pada saat kunjungan ke Surabaya beberapa saat yang lalu aku mengatakan ke saudara yang mengantar, hidangan inilah yang aku ingin santap hihihi.

Bumbunya merupakan perpaduan antara kacang dan ketela (ubi rambat), diolah sampai halus sekali dan tentu saja di siram diatas daun semanggi dan sedikit tauge yang telah di rebus. Sementara sebuah  kerupuk ditaruh diatasnya sebagai teman makan semanggi. Konon semanggi yang ada di sini merupakan cabang dari tempat makan yang berada di Jl. Dempo – Surabaya. Rasa dari makanan ini hmmm nikmat, seperti pecel dengan bumbu yang sangat halus. Yang pasti enak tenan, berhasil membuat lidahku bergoyang kenikmatan.

Sementara semangkuk es kacang hijau menjadi paduan yang tepat setelah menyantap semanggi. Kacang hijau yang dipadu dengan degan (kelapa muda) benar – benar menuntaskan rasa lapar di malam hari di kota Surabaya yang kebetulan bercuaca cukup cerah malam itu.

Semanggi Dempo, G Walk, Surabaya

Sebenarnya aku masih penasaran dengan julukan hidangan ini, yang benar “Semanggi” atau “Pecel Semanggi”. Ah, sudahlah yang jelas rasanya uenakkkk pol.

Sampai jumpa di petualangan lidah berikutnya

Regards, Plux